Sastra Reboan: Menggali Proses Kreatif Bersama Dua Maestro
Jakarta – Di Aula Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Gedung Ali Sadikin, lantai IV, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, terselenggara sebuah perhelatan sastra yang menggugah hati, bertajuk "Sastra Reboan" dengan tema Berguru pada Suhu. Acara ini berlangsung pada Selasa, 12 November 2024, menjadi ruang pertemuan para sastrawan untuk menyelami lebih dalam proses kreatif dalam dunia kepenulisan puisi dan novel.
Hadir dalam acara ini adalah dua tokoh sastra yang sarat pengalaman: Adri Darmadji Woko (ADW) dan Harry Tjahyono. Kedua maestro ini telah lama malang melintang di jagat literasi Indonesia, mengabdikan hidup mereka pada dunia tulis-menulis.
Adri Darmadji Woko, yang sejak tahun 1970-an hingga 2024 konsisten mengasah pena di ranah sastra, dikenal sebagai penyair, sastrawan, dan mantan jurnalis. Beliau turut mendirikan komunitas sastra di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan, serta Komunitas Sastra Negeri Poci. Karya puisinya telah tersebar di berbagai media cetak, daring, dan antologi, baik di Indonesia maupun internasional. "Mas ADW," begitu panggilan akrabnya, adalah sosok yang ramah dan rendah hati, karyanya telah mengisi puluhan buku dan mendapat penghargaan dalam bidang sastra.
Di sisi lain, Harry Tjahyono adalah nama yang turut memberi warna dalam ranah sinema dan musik Indonesia. Cerita bersambungnya, Selamat Tinggal Duka, yang dimuat di Majalah Gadis, telah diadaptasi menjadi film layar lebar. Beliau juga menulis 75 episode skenario untuk sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan. Selain itu, lagu Harta Berharga, yang menjadi lagu tema serial Keluarga Cemara dan dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari, juga lahir dari tangan dingin Harry.
Dalam suasana penuh keakraban, Harry mengisahkan kehidupannya yang selama bertahun-tahun digeluti hanya melalui tulisan. “Dari menulis, saya sempat memiliki sebelas rumah. Maka, pesan saya, teruslah menulis,” ujar Harry, yang saat ini tengah berjuang memulihkan kesehatannya dari stroke.
Acara ini tak hanya menampilkan kisah dan perjalanan kreatif kedua maestro, namun juga menjadi ruang apresiasi bagi karya-karya mereka. Penyair-penyair seperti Sihar Ramses Simatupang, Dyah Kencono Puspito Dewi, A. Slamet Widodo, dan beberapa lainnya membacakan puisi-puisi karya Adri dan Harry. Dengan Wahyu Toveng sebagai MC dan Jodhi Yudono sebagai moderator, acara ini diselingi sesi tanya jawab serta kenangan dari peserta yang mengenal kedua tokoh tersebut secara pribadi.
Terlihat pula beberapa penyair ternama di antara hadirin, seperti Wig S M, Arief Joko Wicaksono, dan Kurnia Effendi. Mereka hadir, tak hanya sebagai pendengar tetapi sebagai saksi hidup perjalanan dua maestro yang membuktikan bahwa usia, bahkan sakit sekalipun, tak menjadi penghalang bagi semangat menulis.
"Saya yang hadir sebagai wartawan dan penyair berulangkali menyimak pesan dari kedua suhu ini, bahwa usia atau kondisi kesehatan bukan alasan untuk berhenti berkarya," ujar Pulo Lasman Simanjuntak, yang turut mengikuti acara hingga selesai.
Acara Sastra Reboan ini bukan sekadar panggung pertemuan, namun juga ruang kontemplasi tentang ketekunan dan dedikasi dalam dunia kepenulisan.
Kontributor: Lasman Simanjuntak
0Komentar