Hidup Sekampung, Budi Bersusun: Sebuah Refleksi Sastra dan Kehidupan Bermasyarakat
Dalam khazanah budaya Melayu, ungkapan-ungkapan bijak sering menjadi cerminan dari nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah pepatah yang berbunyi, "Hidup sekampung, budi bersusun." Ungkapan ini tidak hanya menyampaikan pesan moral, tetapi juga memiliki keindahan sastra yang mengungkapkan idealisme dalam kehidupan bermasyarakat.
Makna Filosofis dan Sosial
Ungkapan ini menggambarkan pentingnya harmoni dalam kehidupan sosial. "Hidup sekampung" adalah simbol kehidupan bermasyarakat yang penuh kebersamaan, di mana setiap individu hidup berdampingan dan berbagi suka duka. Dalam tatanan sosial ini, hubungan antarindividu tidak hanya diikat oleh ruang yang sama, tetapi juga oleh nilai-nilai yang dijunjung bersama.
Sementara itu, frasa "budi bersusun" mengandung makna yang lebih dalam. Ia melambangkan tata krama, kebaikan hati, dan akhlak mulia yang tersusun rapi. Kata "bersusun" mencerminkan keteraturan dan harmoni, sebuah penggambaran metaforis tentang bagaimana kebaikan yang ditanamkan dalam setiap individu akan berlapis-lapis, membangun hubungan sosial yang kokoh dan bermakna.
Keindahan Sastra dalam Ungkapan Ini
Sebagai karya sastra lisan, pepatah ini sarat dengan daya estetis. Keindahan tersirat dalam keseimbangan dan irama bahasanya. Penggunaan kata "kampung" dan "budi" menunjukkan dualitas yang kontras namun saling melengkapi: satu adalah simbol fisik (tempat tinggal), sementara yang lain adalah esensi moral (nilai dan akhlak).
Selain itu, kata "bersusun" menghadirkan imaji visual yang menarik. Ia seolah-olah menggambarkan barisan kebaikan yang tertata rapi, seperti bangunan yang kokoh karena fondasinya tersusun dengan baik. Secara simbolik, ini menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang setiap individunya memiliki budi pekerti yang saling mendukung, membentuk struktur sosial yang harmonis.
Pesan Moral yang Abadi
Pepatah ini juga mengandung pesan moral yang relevan sepanjang masa. Di tengah arus modernisasi dan individualisme yang sering kali mengikis nilai kebersamaan, ungkapan ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga harmoni sosial. Hidup bermasyarakat bukan hanya soal berbagi ruang, tetapi juga soal berbagi nilai, rasa, dan tanggung jawab.
Ketika setiap individu mengutamakan kebaikan dan mengatur tindakannya dengan budi yang mulia, kehidupan sosial akan terasa lebih indah dan bermakna. Seperti budi yang "bersusun," setiap tindakan baik akan menjadi lapisan yang memperkokoh ikatan sosial dan membawa kedamaian dalam kehidupan bersama.
Penutup
Ungkapan "Hidup sekampung, budi bersusun" adalah karya sastra lisan yang sederhana, tetapi sarat makna. Ia mengajarkan kita bahwa hidup bermasyarakat harus didasarkan pada budi pekerti yang baik dan harmoni yang terjaga. Dalam setiap susunan kata dan maknanya, tersimpan nilai-nilai kebijaksanaan yang melintasi zaman, menjadi panduan bagi kita untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar.
Dengan merenungkan makna ungkapan ini, kita diajak untuk terus menata budi, memperbaiki hubungan, dan menjaga keutuhan dalam kehidupan bersama. Sebab, hanya dengan budi yang tersusun rapi, kita dapat menciptakan dunia yang penuh kedamaian dan keindahan.
0Komentar