Perantau di Tepi Jalan
Merajut Harapan di Tengah Keramaian
Dalam keramaian malam yang berdenyut, di antara cahaya lampu neon yang berkelip, seorang pria perantau dari Sumatera Barat berjuang menaklukkan hidup. Di tangan lenturnya, jam tangan yang rewel dan kacamata sederhana menemukan makna. Ia tak sekadar menjajakan barang dagangan; ia menyajikan harapan bagi setiap pembeli yang melintasi etalase becak bermotor yang menawan.
Bang Indra, begitu orang menanggilnya
pria sawo matang yang kerap tenang
Hidupnya bukan hanya rangkaian transaksi; ia mengukir kisah penuh liku dan haru, di mana tawa dan lelah berkelindan. Setiap senyum pelanggan adalah penguat semangatnya, setiap tantangan adalah batu loncatan menuju capaian ekonomi berbasis keluarga. Dalam kesibukan malam, ia merangkai impian, mewarnai kegelapan dengan cahaya optimisme.
Pernik musiman yang terpajang di etalase bukan hanya aksesori; mereka adalah simbol perjalanan hidupnya—setiap benda menggambarkan ketekunan dan keinginan untuk mengubah nasib. Dalam setiap langkah, terukir cerita tentang dedikasi dan perjuangan, mengajak kita untuk merasakan betapa berartinya sebuah perjalanan.
Pria ini adalah potret harapan yang tak pernah padam, menjadikan tepi jalan bukan sekadar tempat berjual beli, melainkan ladang subur untuk impian yang akan tumbuh menjelang gemilang. Ketenangan jiwa terjalin dengan keramaian malam, membawa pesan bahwa di setiap usaha, tersimpan harapan yang tak pernah pudar.
0Komentar